Showing you care .....

Knowing you are giving comfort and strength to the loved ones left behind should quell any concerns you may have about the exact wording of the message...........

Tuesday, June 14, 2005

Pendapat setalah baca Buku Ayat-ayat Cinta

karya penulis Indonesia Habiburrahman El Shirazy "Ayat-ayat Cinta".

Buku pertama aku baca beberapa halaman, sebel dengan Muawiyah terhadap para ahlul-bait, keturunan Nabi Muhammad saw.

membaca komentar2 para tokoh yang sudah membacanya membuat jadi males untuk mengambilnya. Tapi berhubung kok pada tertarik dan bos dikantor dah baca.,.....ya sudah tak baca saja.....

isinya :

Bercerita tentang mahasiswa2 Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar Mesir, sesuai dengan latar belakang dari penulisnya sendiri. Mendengar itu mungkin yang terbayang adalah suatu kisah yang sedikit berjarak dengan pembacanya karena perbedaan budaya.

Meski bersetting di negara yang berbahasa arab, ungkapan dalam bahasa arab yang dipakai tidak terlalu berlebihan, malah disana-sini digunakan juga bahasa inggris dan jerman dalam dialog tokoh2nya.

Pembaca akan serasa mengalami sendiri saat Fahri melakukan perjalanan dengan metro (kereta listrik) dari satu sudut kota Cairo ke sudut yang lain setiap harinya. Ikut merasakan beban tugas Fahri yang menumpuk. Ikut merasakan kehangatan persaudaraan dengan teman2 serumah yang sama2 dari Indonesia. Merasakan panasnya Cairo pada puncak musim panasnya. Terheran-heran ketika Fahri di-"tari rabi" (ditawari menikah - red. .. eh ini basa jawa bukan basa arab :p). Emosi “nyung-nyung” mengikuti “nasib” yang dijalani Fahri.

Dalam bab-bab awal banyak bercerita tentang kehidupan keseharian Fahri yang sedang menyelesaikan S2-nya. Tahapan perkenalan ini mengalir datar tapi lumayan dech. Datar karena hampir tanpa konflik yang berarti, bahkan aku hampir mengambil kesimpulan bahwa membaca novel ini seperti membaca diary kehidupan yang biasa saja dari seorang santri calon da'I (hehehe). Lumayan bagus karena semuanya dialirkan dalam hikmah2 yang adem (sejuk gitu lho...mengenai kehidupan islami).

Tapi ternyata kisah ini tidak sedatar itu. Seketika ceritanya terbang tinggi (kok bahagia amat yang tidak terduga!!!). Dan aku agak kecewa dengan kok terbangnya terlalu fantastis itu, (kata2 beberapa yang baca katanya isinya sederhana dan membumi.............kok aku ndak nemu yak.....ckckck).

Tapi kemudian dengan seketika juga, cerita berbalik jatuh terbanting ke bawah. Kaget!!!!!!!!!!! Semua yang diceritakan di awal, yang aku anggap remeh-temeh sekedar pelengkap dalam menceritakan kehidupan Fahri ternyata akhirnya menjadi ceritanya si fachri.

Sayangnya pada terakhir, kok kurang memuaskan. Pengakuan yang mengakhiri semua penderitaan mestinya bisa dibuat lebih tajam dengan situasi yang lebih dramatis.


Orang yang mampu membuat rekayasa (noura) seperti itu harusnya sedang mengalami gangguan mental (ckckck) dan akan mengalami goncangan dahsyat ketika akhirnya semuanya terbongkar. Tapi nggak tuh....

Dari judul dan covernya, "cinta" tampaknya menjadi topik utama. Tapi jangan membayangkan cinta bak roman2 cinta picisan, novel ini bukan tentang cinta seperti itu. Batasan akhlak dan etika Islam benar2 diberlakukan disini. Cinta yang dituturkan walau tidak vulgar ketika telah dihalalkan, yakni saat Fahri telah menikah. Di awal hingga pertengahan aku bahkan sama sekali lupa kalau judulnya adalah "Ayat2 Cinta" ........hehehehe.

Novel ini banyak membahas tentang kedudukan perempuan dalam Islam lengkap dengan dalil2nya, meski tokoh utamanya adalah laki-laki. Sebagian dibahas secara langsung melalui diskusi antara Fahri dengan teman2 wanitanya baik sesama muslim maupun non-muslim. Dari hukum memukul istri hingga poligami. Sebagian lagi ditampilkan dalam perilaku Fahri dalam berinteraksi dengan teman2 wanitanya, yang tetap menjaga tata cara pergaulan antar lawan jenis dalam batasan akhlak yang islami.

Tapi yang agak aneh, ada kesan wanita2 dalam novel ini terkesan lebih agresif dalam batas tertentu dibanding tokoh2 prianya. Fahri sampai2 menerima pernyataaan jatuh cinta dari empat orang wanita (4 !!!.......waduh.....nurul, noura, maria dan aisya) melalui surat ataupun secara tidak langsung melalui orang lain (duh.... ). Sementara Fahri dan teman2 prianya tampak tidak terlalu memusingkan tentang jodoh, biarkan datang pada saatnya. Sebelnya .............waktu tau, kalo fahri ini maunya dengan nurul, tapi nggak berani bilang, waktu mo nikah beberapa jam lagi......dia baru tahu kalo nurul juga suka dia.......terus dia bilang..........kenapa nggak dari dulu nurul bilang ke dia..........dia tidak perlu sholat untuk nentuin siapa yang akan jadi istrinya.....(nah....sebel kan........kok nyalahin cewek........pake bilang dia karena orang jawa jadi nggak PD krn si nurul itu Kyai kondang.........perasaan dimana2 yang namanya orang timur (termasuk jawa gitu lho)........perempuan yang ngomong duluan itu masih dibilang “tabu”........kok ya fahri dari indonesia .........harus nunggu cewek dulu yang bilang........!!!!!!......)

Nilai plus :

Disini diterangkan tentang kedudukan perempuan dalam Islam.

lengkap dengan dalil2nya.

Wednesday, May 11, 2005

YO TE AMO

En palabras simples y comunes yo te extraño
En lenguaje terrenal mi vida eres tu
En total simplicidad seria yo te amo
Y en un trozo de poesia tu seras mi luz, mi bien, el espacio donde me
alimento de tu piel que es bondad

La fuerza q me mueve dentro para recomenzar y en tu cuerpo encontrar la paz
Si la vida me permite al lado tuyo
Creceran mis ilusiones no lo dudo
Y si la vida la perdiera en un instante
Que me llene de ti
Para amar despues de amarte , vida
Estribillo
No tengas miedos ni dudas, que tu seras mi mujer
Mira mi pecho, lo dejo abierto
Para que vivas en el
Para tu tranquilidad me tienes en tus manos
Para mi debilidad, la unica eres tu
Al final tan solo se que siempre te he esperado
Y que llegas a mi vida y tu me das la luz, el bien
Ese mundo donde tus palabras hacen su voluntad
La magia de este sentimiento q es tan fuerte y total
Y tus ojos q son mi paz
Si la vida me permite al lado tuyo
Creceran mis ilusiones, no lo dudo
Y si la vida la perdiera en un instante
Q me llene de ti
Para amar despues de amarte, vida
Estribillo

=======
Yo Te Amo (i love you)....aku suka lagu ini.

tadinya pengen masukin musicnya tapi, krn aku belum bisa rubah dari MP3 ke WMA seperti tika itu lho....,
jadi ....liriknya aja dulu ....hik hik........

gimana ya caranya........ada yang tahu nggak.....help!!....

Monday, April 11, 2005

Nyari Alamat di Indonesia dan Jepang

Hari Minggu lalu, aku dan hubby pergi ke acara keluarga dan sebelumnya kita belum pernah ke sana, udah nyari-nyari alamatnya kok ya gak nemu-nemu, malah kok sampai bolak - balik di jalan yang sama tapi dari arah yang berlainan.......puufff.......

Sungguh, bukan hal yang mudah, untuk mencari suatu alamat yang belum kita kenal di Indonesia. Kita perlu banyak menyediakan waktu dan tenaga, bahkan bahan bakar bila dalam mencari alamat kita memakai kendaraan, karena harus sering-sering bertanya ke orang-orang yang kita temui di jalan, hingga dapat menemukan alamat yang kita cari. Jepang sejak 1962 telah membuat UU standardisasi alamat yang berlaku secara nasional, yang bisa kita tiru. Dengan adanya standar alamat, maka berapa banyak energi yang akan bisa dihemat, betapa lebih cepat & efisiennya servis distribusi surat dan paket akan dapat sampai ke tujuan.

Pernah ada rombongan kantor telekomunikasi dari Indonesia, studi banding ke sebuah kantor pos di daerah pedesaan di Jepang (rural area), tepatnya di daerah Hakone-Yumoto, kabupaten (prefecture) Kanagawa, di Barat Laut Tokyo, Jepang. Rombongan ini kebetulan didampingi seorang teman yang sedang kuliah di jepang, studi banding ini sedang mengerjakan riset value-added kepada pak pos pengantar surat, agar dapat menjadi penjemput (pick-off) dan pengantar (delivery) surat-elektronik (e-mail), faks, koran internet dsb, dari jaringan global internet ke blank-spot yang belum ada akses internetnya.

Dibandingkan dengan menarik kabel telepon/internet dari kota ke desa untuk meng-online-kan desa ke dunia global internet, yang memerlukan beaya tidak sedikit; hanya dengan menambahkan servis yang lain kepada pak pos pengantar surat untuk menjadi pengangkut surat-surat dan file-file elektronik secara off-line, maka desa-desa yang blank-spot akan dapat terhubungkan ke internet. Keberadaan pak pos yang setiap hari keliling ke desa-desa, menjadi alternatif yang menarik, dan cukup murah. Proyek ini dibeayai oleh Asia Pasific Telecommunication (APT), sebuah konsorsium di Asia Pasific yang anggotanya adalah para penyedia jasa telekomunikasi di negara-negara Asia Pasifik. Jepang menjadi penyandang dana terbesar di APT.

Salah seorang peneliti di grup adalah pegawai HRD Pos Indonesia, bertanya kepada wakil kepala kantor pos kecil di Hakone-Yumoto tersebut, tentang berapa banyak surat yang dapat diantarkan oleh seorang tukang pos dalam sehari? Rata-rata 600 hingga 700 surat (Pos Jepang). Pegawai pos Indonesia menggeleng-gelengkan kepala, terkagum-kagum. Wakil kepala pos, yang bernama Mr.Tachibana, penasaran dengan gelengan kepala pegawai HRD pos Indonesia tersebut, "Kalau pak pos di Indonesia, berapa bisa diantarkannya dalam sehari?" Wakil kepala pos balik bertanya. "Hanya sekitar 200 surat (Pos Indonesia)," kata pegawai pos tsb dengan muka sedikit ditekuk, karena merasa minder, sungguh tak bisa menjadi bahan pembanding.

Padahal, pak pos Jepang mengantar surat hanya 2 jam, dari jam 10:00 s.d. 12:00. 8:00-10:00 mereka memilah-milah surat yang akan diantarkan hari itu. Jam 12:00-13:00 dia istirahat makan siang di kantor pos, setelah itu mereka mengurusi premi asuransi dan tabungan atau servis-servis yang lain dengan mendatangi rumah-rumah, yang tadi pagi didatangi saat mengantar surat.

Ketika ditanya kenapa hanya sebanyak 200 surat dan dia menjelaskan, bahwa alamat di Indonesia belum tersistemkan dengan baik. Belum ada standar pengalamatan. Apalagi UU alamat. Sering pemda membuat peraturan baru tentang alamat, sehingga pak pos pun bingung saat mencari alamat tujuan surat. Oh, ternyata banyak kehilangan waktu (lost-time) di proses pencarian alamat.

Bahkan Gunther W. Holtorf, pembuat peta Jakarta terlengkap di dunia, mengakui bahwa sistem penomoran rumah di Jakarta pun tak beraturan. Sebagai contoh, di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, ada 6 rumah yang memiliki nomor sama (no.5)! Bayangkan, betapa sulit dan bingungnya tukang pos atau kurir saat mengantarkan surat atau barang, yang manakah yang memang berhak menerimanya, kata Holtorf.

Aku yakin bukan hanya di Jakarta saja, tetapi juga terjadi di kota-kota lain di Indonesia! Aturan penomoran rumah yang relatif sudah baik, mungkin baru berjalan di kompleks perumahan-perumahan baru, karena sejak awal pengembang memang perlu memberi nomor yang berbeda, untuk rumah yang bentuknya sama atau mirip itu. Tetapi itu pun belum terstandarkan secara nasional.


UU Standar Alamat di Jepang

  1. Teknis aturan di lapangan atas UU pengalamatan di Jepang adalah sebagai berikut:Nama desa/kelurahan adalah yang mudah diucapkan dan sedapat mungkin mempunyai ikatan sejarah dengan masyarakat setempat. Sedangkan batas-batas desa/kelurahan adalah jalan, rel, sungai atau batas-batas lain, yang dalam jangka waktu lama tidak mudah berubah. Di Indonesia pun aturan ini sudah dilaksanakan. Semua desa dan kelurahan mempunyai batas yang jelas.
  2. Desa/kelurahan dibagi dalam satuan blok. Di Indonesia pun sudah dibagi-bagi ke dalam RW dan RT.
  3. Setiap blok dibagi lagi dalam satuan yang lebih kecil menjadi kapling dengan lebar 5 atau 10 meter (bisa disesuaikan dengan kondisi daerah). Penomoran kapling dimulai dari tanah yang paling atas sebelah kiri, memutar searah jarum jam. Sedangkan nomor rumah ditentukan berdasarkan pintu utama rumah tersebut menghadap.




Pada contoh gambar, nomor rumah A adalah 15. Sedangkan rumah B yang besar, walaupun dia melewati beberapa nomor sekaligus, tetapi karena pintu utamanya di nomor kapling 4, maka nomor rumah B adalah 4.

Teknis penomoran kapling ini yang mungkin di Indonesia baru dilakukan di kompleks perumahan-perumahan baru saja. Penomoran tergantung kepada pengembang (developer) perumahan. Sedangkan di kampung-kampung, desa ataupun kelurahan yang sudah lama ada, masih memakai penomoran RT/RW. Tetapi secara nasional belum ada standar UU-nya.

Jadi, di Jepang, bila nama kelurahan/desa di gambar diatas adalah Akane, di kota Hachioji, kabupaten Tokyo; maka contoh sistem penulisan alamat di Jepang untuk alamat rumah B adalah: "3-4 Akane Hachioji Tokyo", kemudian ditambahkan 7 digit nomor kode pos (dibaca "kabupaten Tokyo, kota Hachioji, kelurahan Akane, blok 3, bangunan nomor 4). Sedangkan alamat rumah A adalah "3-15 Akane Hachioji Tokyo".

Bila seandainya gedung B adalah berupa apartemen yang terdiri dari banyak kamar, maka di alamat tersebut di atas tinggal ditambahkan nama apartemen dan nomor kamarnya. Misalnya "Sunview R.510, 3-4 Akane Hachioji Tokyo" yang bisa dibaca "gedung bernama Sunview, ruang 510 (lantai 5 kamar nomor 10), di kelurahan Akane blok 3, bangunan nomor 4, di kota Hachioji kapubaten Tokyo".

Nama Perempatan Lebih Bermanfaat

Penamaan jalan di Jepang, lebih banyak dipakai untuk jalan-jalan utama, jalan besar, atau jalan-jalan yang memang sudah ada sejak jaman samurai dulu. Jaraknya pun ada yang sampai beratus kilometer. Beberapa puluh tahun terakhir, Jepang lebih suka menomori jalan-jalan yang dibangun oleh negara, dibandingkan dengan memberi nama. Mungkin meniru Amerika.

Mana yang lebih mengandung banyak informasi, nama jalan, nomor rumah ataukah nama perempatan? Jawabnya, nama perempatan! Tidak semua jalan di Jepang mempunyai nama, tetapi hampir setiap perempatannya mempunyai nama. Nama perempatan ditempel di samping lampu-lampu lalu lintas yang terpasang di perempatan. Juga tertulis di buku-buku peta jalan, termasuk peta jalan versi digital yang dipakai dalam sistem navigasi mobil. Informasi perempatan sangat lebih bermanfaat dibandingkan informasi nama jalan.

Bertanyalah kepada tiang listrik yang berdiri tegak


Untuk lebih mempermudah bagi orang asing atau pendatang baru di suatu tempat, untuk membantu mempermudah dalam menemukan alamat, maka banyak informasi tentang nama desa/kelurahan dan nomor blok-nya yang tertempel di tiang-tiang listrik di pinggir jalan.

Ukuran standar plat-nya adalah 120 x 36 cm, yang bagian atas dipakai untuk iklan, dan yang bagian bawah (20 x 36 cm) adalah informasi alamat, nama desa dan nomer bloknya. Jadi ada hubungan simbiose mutualisme antara beberapa pihak, PLN dapat memperoleh penghasilan dari pemasang iklan, pemasang iklan selain memperkenalkan produknya juga memberikan manfaat kepada orang-orang yang sedang mencari alamat di daerah sekitar itu .

Dengan UU standardisasi alamat, maka pemberian nama-nama jalan yang secara masif dilakukan oleh masyarakat Indonesia sampai ke gang-gang kecil, yang nama jalan tersebut hanya familier untuk masyarakat setempat saja- akan dapat distandarkan ke dalam aturan yang mudah untuk menemukan alamat di seluruh Indonesia.

Dengan aturan standar alamat yang jelas, percetakan peta atau map pun akan semakin meningkat, yang akan sangat memudahkan semua orang untuk menemukan alamat yang dituju, mengefisienkan waktu, tenaga dan bahan bakar alat transpot tukang pos dan kurir dalam pendistribusian surat dan paket, juga sangat bermanfaat untuk polisi, ambulan dan pemadam kebakaran.

Bila memang baik, kenapa kita tidak tiru aturan standardisasi alamat di Jepang untuk dipakai di Indonesia.

Wednesday, March 30, 2005

Magnitudo Gempa

Magnitudo gempa adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa di sumbernya. Jadi pengukuran magnitudo yang dilakukan di tempat yang berbeda, harus menghasilkan harga yang sama walaupun gempa yang dirasakan di tempat-tempat tersebut tentu berbeda.

Richter pada tahun 30-an memperkenalkan konsep magnitudo untuk ukuran kekuatan gempa di sumbernya. Satuan yang dipakai adalah skala Richter (Richter Scale), yang bersifat logaritmik. Pada umumnya magnitude diukur berdasarkan amplitudo dan periode fase gelombang tertentu.

Ada beberapa jenis magnitude yang pernah diperkenalkan dan dipakai sampai saat ini :

  1. Magnitude lokal ML diperkenalkan oleh Richter untuk mengukur magnitude gempa-gempa lokal, khususnya di California Selatan, dengan menggunakan fase gelombang P.
  2. Magnitude yang diukur berdasar amplitudo gelombang permukaan disimbulkan dengan MS. MS diperkenalkan oleh Guttenberg menggunakan fase gelombang permukaan terutama gelombang R.
  3. Magnitude lain yaitu mb (body waves magnitude) diukur berdasar amplitudo gelombang badan, baik P maupun S. Sudah tentu rumus yang dipakai untuk menghitung mb ini dapat digunakan di semua tempat (universal). Tapi perlu dicatat bahwa faktor koreksi untuk setiap tempat (stasiun gempa) akan berbeda satu sama lain.


So , ....................

Waktu kemarin melihat berita gempa di pulau Nias dan Simelue, terdapat perbedaan antara BMG dan pemberitaan dari VOA (aku lihat ini sich) angka kekuatan gempa yaitu 8,2 dan 8,7.

Setelah cari – cari kenapa bisa begitu, hasilnya adalah : .......(heheh)

Perbedaan yang itu terjadi karena mereka menggunakan perhitungan magnitudo yang berbeda. BMG menggunakan perhitungan Magnitude gelombang badan, mb, sedangkan USGS dalam situsnya mengatakan bahwa „defaultnya“ mereka menggunakan perhitungan Moment Magnitude,Mw, yang dirumuskan sebagai Mw=(2/3) log M0 -10,7, dengan M0 dalam dyne-cm, yang tergantung pada jenis batuan, dan dimensi dari patahan penyebab gempanya. Metode yang dipakai oleh USGS lebih universal, mengingat perhitungan berdasarkan Amplitudo seismogram akan sangat tergantung pada kondisi geologi dan karakteristik fisika dari instrument pencatatnya.

Jadi sebetulnya harga2x yang dikeluarkan baik oleh BMG ataupun USGS itu adalah ekivalen alias hampir mendekati. (hmmm.........).

Energi Gempa

Kekuatan gempa disumbernya dapat juga diukur dari energi total yang dilepaskan oleh gempa tersebut. Energi yang dilepaskan oleh gempa biasanya dihitung dengan mengintegralkan energi gelombang sepanjang kereta gelombang (wave train) yang dipelajari (misal gelombang badan) dan seluruh luasan yang dilewati gelombang (bola untuk gelombang badan, silinder untuk gelombang permukaan), yang berarti mengintegralkan energi keseluruh ruang dan waktu.

Kenaikan magnitude gempa sebesar 1 skala richter akan berkaitan dengan kenaikan amplitudo yang dirasakan disuatu tempat sebesar 10 kali, dan kenaikan energi sebesar 25 sampai 30 kali.

Tak coba hitung tentang perbedaan besar waktu pemberitaan gempa dan gelombang tsunami yang mengikuti gempa itu, di indonesia diberitakan kekuatan gempa sebesar 6,4 SR sedangkan dari pengukuran luar negeri 8,9 SR, jadi :

Mw=(2/3) log M0 -10,7, ...........dengan M0 dalam dyne-cm

Energi gempa Andaman-Nicobar (Aceh) adalah 3.57 x 10 ^ 29 dyne cm.

Mw=(2/3) x log 10 (3.57x10^29) - 10.7 = 9,0

mb = 0.56 MS + 2.9

Dengan energi sebesar ini akan dihasilkan perhitungan mb sekitar 6,4 an.

Maka kira – kira sama saja, karena alatnya dan cara pengukurannya berbeda.

Nah bener gak sich..........habis aku bukan orang geologi sich, hehehe.....

Menurutku ..... kenapa sich bukan cara dan alatnya saja yang distandarisasi sich, jadi bagi yang seperti aku ini (awam!!!) gak bingung karena berita yang berbeda angkanya.

Kirain BMG salah mulu ....... abis indonesia suka discount apapun itu ....(bener gak sich, gitu lho).

Wednesday, March 02, 2005

Badan Mitigasi Bencana Nasional

Bencana gempa dan tsunami Aceh telah mengajarkan kepada semua pihak, betapa rendahnya pemahaman masyarakat terhadap upaya darurat menghadapi ancaman bencana dan tidak siapnya pemerintah dengan infrastruktur pertahanan sistem peringatan dini dan mitigasi bencana.

Tidak mengherankan, apabila terjadi akumulasi jumlah korban melewati angka 124 ribu jiwa di Aceh.

Jepang telah memasang 300 buah sensor pengukur tekanan di dasar laut (bottom pressure sensor) yang dapat mendeteksi pergerakan gelombang tsunami sebagai basis sistem peringatan dini mereka. Sistem ini bekerja hanya dalam hitungan 4-5 menit untuk memastikan potensi tsunami, begitu gempa bumi terjadi di dasar laut, dan mengirimkan informasinya kepada seluruh masyarakat Jepang. Untuk tujuan ini, pemerintah Jepang mengalokasikan dana Rp. 180 M setiap tahunnya dalam upaya memperbaharui kinerja sistem tersebut.

Khusus untuk teknologi sistem peringatan dini tsunami di Indonesia, dapat dilakukan dengan memasang sensor pengukur perubahan tinggi muka laut (tide gauge) di sisi pulau terluar (misalnya di sekitar kepulauan Mentawai) dan dihubungkan dengan sistem telemetri sederhana ke stasiun relay milik provider selular (Telkomsel, dll.) yang telah memiliki jaringan luas di Indonesia. Dari stasiun relay terdekat lokasi pengamatan ini selanjutnya dapat diteruskan ke pusat pengolahan data di setiap provinsi rawan bencana.

Proxy gelombang tsunami dapat dideteksi dengan mengamati perubahan muka laut yang turun secara drastis (surut secara mendadak) sebelum gelombang pasang tsunami pertama terjadi. Posisi stasiun yang berada di dekat lokasi gempa akan menghemat waktu pengiriman sinyal peringatan secara telemetri ke stasiun pengolah data di daratan. Biaya yang dibutuhkan untuk instalasi sistem ini jauh lebih murah dibandingkan pemasangan Bottom Pressure Sensor (BPS) yang digunakan Jepang dan Amerika. Alternatif lainnya adalah dengan memasang pelampung yang dapat mengukur pergerakan vertikal gelombang tsunami di laut memanfaatkan teknologi GPS (Geo-Positioning System). Teknologi ini juga relatif lebih murah dibandingkan dengan instalasi BPS di atas.

Ruang lingkup mitigasi bencana di Indonesia sangat luas, mengingat rumitnya potensi bencana yang ada di darat, laut dan udara ataupun interaksi diantaranya. Selain gempa dan tsunami yang mempunyai skala waktu panjang dalam rentang 100-250 tahun, Indonesia juga menghadapi potensi bencana yang lebih nyata dan dalam skala waktu yang jauh lebih singkat (jam sampai harian) dari alun gelombang Samudera Hindia yang berinteraksi dengan sistem arus lokal, menyebabkan Selat Lombok rawan terhadap pelayaran nasional (Syamsudin dkk., 2004).

Demikian juga isu "global warming" dan perubahan iklim regional lainnya yang menyebabkan wilayah Indonesia menjadi langganan kebakaran hutan dan kiriman asap ke negara tetangga pada saat musim kemarau dan banjir nasional pada musim penghujan setiap tahunnya.

Apabila definisi ancaman keselamatan nasional kita masukkan dalam kategori bencana, maka maraknya perompakan di Selat Malaka dan aksi pencurian ikan di wilayah territorial Indonesia, semestinya termasuk juga dalam program mitigasi bencana tersebut.

Itulah sebabnya, solusi sektoral dalam program mitigasi bencana yang dilakukan pemerintah selama ini tidak pernah menuntaskan akar permasalahan yang ada setiap kali terjadi bencana. Oleh Karena itu, kebutuhan sebuah Badan Mitigasi Bencana Nasional (BMBN) dalam tataran operasional Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) untuk melaksanakan berbagai agenda penyelamatan dan keamanan masyarakat Indonesia merupakan hal yang sangat mendesak saat ini.

=====
dari berbagai sumber (BPPT dan tulisan teman yang sekolah di Jepang).

Saturday, February 26, 2005

Sistem Informasi Peringatan Bahaya Tsunami di Jepang

Banyak ahli memperkirakan, bahwa besarnya korban terjadi akibat besarnya kekuatan gempa itu sendiri, yang diperkirakan melebihi 9 skala Richter (SR). Selain faktor ganasnya tenaga alam tersebut banyak ahli yang menuding bahwa, faktor tidak adanya perangkat dan sistem informasi yang menyampaikan akan datangnya bahaya tsunami ke setiap negara, memberi andil yang besar meluasnya jumlah korban. Peneliti gempa dan tsunami Prof. Yuichi Morita dari Universitas Tokyo sebagaima yang dimuat dalam Kyudo Tsushin tanggal 27 Desember 2004 memberi statement, bahwa besarnya jumlah korban dan luasnya wilayah yang terkena dampak tsunami gempa aceh ini akibat tidak adanya sistem yang terintegrasi dalam memberikan informasi tsunami antar negara di samudera india. Misalnya, walaupun orang-orang Srilanka mengetahui telah terjadi gempa aceh, mereka tidak mengira bahwa tsunami akan datang ke wilayahnya, sehingga mereka tidak melakukan antisipasi.

Kemudian dalam Konferensi International yang dikenal dengan The United Nations World Conference on Disaster Reducation (WCDR) yang diselenggarakan di Kobe pada tanggal 18 s/d 22 January 2005 bersamaan dengan peringatan 10 tahun gempa Kobe, memberi sinyalment tentang pentingnya sistem terintegrasi peringatan dini suatu bahaya alam seperti tsunami. Salah satu keputusan penting konferensi ini adalah, bahwa negara-negera maju akan ikut serta dalam membantu terbentuknya system terintegrasi peringatan bahaya tsunami di negara-negara lautan India. Kemudian, Jepang bersama-sama Amerika dipercaya sebagai tulang punggung persiapan pembentukan sistem tersebut. (Nikkei Net, 23 Jan 2005).

Dalam masalah gempa dan tsunami, antara Jepang dan Indonesa memiliki banyak kemiripan. Kedua negara ini merupakan negara kepulauan yang menjadi tempat pertemuan lempeng besar permukaan bumi. Jepang dibelah oleh lempeng Eurasia di barat, lempeng pasifik di timur dan lempeng Philipine di Selatan. Sementara wilayah Indonesia di sepanjang barat pulau sumatra sampai selatan pulau Jawa dan Nusa Tenggara dibelah oleh lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Sementara Maluku dan Papua menjadi tempat pertemuan lempeng pasifik dan Eurasia. Sepanjang pulau-pulau di kedua negara ini sebagian besar juga dipisahkan oleh palung palung besar dan kecil yang suatu saat bisa runtuh dan menimbulakn gempa. (Sumber: Website Department of Earth and Planetary Physics, The University of Tokyo, http://www.eps.s.u-tokyo.ac.jp/).

Laporan dari United Nation Development Programme (UNDP) tentang Natural Disaster Risk Reducation, yang dirilis Agustus 2004 mencatat, bahwa berdasarkan catatan gempa tahun 1980 s/d 2003, gempa dengan kekutan 5,5 SR keatas paling banyak terjadi di China, Indonesia, Iran, Jepang, Afganistan kemudian Turki. Indonesia menempati posisi dua dunia setelah China dengan rata-rata frekwensi gempa 5,5 SR keatas 1,62 kali pertahun. Sementara Jepang dalam posisi ke empat dengan frekwensi 1,14 per tahun. Dari negara-negara dunia yang memiliki top score frekwensi terjadinya gempa dahsat tersebut, Jepang dipandang paling memiliki system peringatan bahaya termaju di dunia.

Semenjak tahun 1960, system peringatan negara-negara sepanjang samudra pacifik termasuk Jepang diintegrasikan, agar bisa saling memberi informasi bahaya tsunami jika terjadi gempa di salah satu negara yang menghadap samudra pasifik. Pentingnya integrasi system ini tergugah akibat gempa di negara Cile tahun 1960 yang disertai gelombang tsunami besar ke seluruh negara-negara yang menghadap samudra pasifik. Atas prakarsa UNESCO saat itu, sistem peringatan bahaya negara-negara pasific yang semula berdiri sendiri-sendiri akhirnya diintegrasikan. Dalam sistem yang telah terintegrasikan, jika terjadi gempa disalah satu negara, maka informasi tsunami akan disampaikan ke Pacific Tsunami Warning Center di Hawai yang kemudian diteruskan ke setiap negara anggota yang kini mencapai 26 negara.

Cara Kerja System Peringatan Bahaya Tsunami di Jepang

Informasi tsunami yang ada Badan Meteorologi tidak ada gunanya jika tidak sampai ke penduduk di setiap wilayah yang akan diterjang tsunami. Dan ini mungkin suatu hal yang lebih sulit dibanding sekedar simulasi komputer tentang datangnya tsunami. Hal Ini dikarenakan bukan hanya menyangkut peralatan sistem komputer, tetapi juga sistem yang menyangkut cara kerja antar berbagai lembaga, karakter masing-masing personal, dan dipengaruhi beberapa faktor sosial lainnya. Disini, penulis ingin menguraikan alur penyampaian informasi bahaya di Jepang berdasarkan hasil survey terakhir Badan Meteorologi Jepang yang diterbitkan melalui laporan berjudul Kinkyu bosai jyouhou chosa hokoku (survey of emergency information for disaster reducation) , Maret 2004.

Alur Informasi bahaya secara nasional

Informasi tsunami yang ada Badan Meteorologi disampaikan secepatnya melalui jaringan khusus ke kantor pemerintah wilayah, media massa, dan Nippon Telephone Telegraph (NTT) suatu badan telekomunikasi dengan jaringan terluas semacam Telkom di Indonesia. Untuk menghindari kemungkinan terputusnya jaringan darat, jaringan ini dibackup melalui saluran satelit komunikasi Super Bird B2. Pemerintah local didaerah yang memerlukan informasi langsung dari satelit bisa juga menggunakan perangkat receiver, misalnya SEISMO-VAN atau TSUNAMI-VAN produk dari Kenwood. Media massa seperti TV dan radio yang menerima informasi bahaya tsunami segera memuat melalui flash news yang biasanya diawali dengan bunyi pendek sirine berkali-kali untuk mencari perhatian pemirsa. NTT menyampaikan informasi tsunami ke masyarakat melalui website dan flash news ke jaringan handphone yang dikenal dengan i-Mode. Sementara itu, sistem komputer di pemerintahan wilayah menyampaikan secara otomatis ke pemerintah kota dan pemerintah daerah. Masing-maisng pemerintah kota dan pemerintah daerah menyampaikan informasi tsunami ke penduduk melalui berbagai cara. Seperti, bunyi sirine keadaaan darurat, pengumuman melalui pengeras suara yang biasanya dipasang di setiap distrik, pengumuman dengan mobil keliling dan juga melalui media TV dan radio local. Dengan demikian penduduk bisa mendapat informasi secepatnya melalui berbagai arah. Sehingga bisa menekan kecilnya angka penduduk yang tidak mendapatkan informasi datangnya bahaya tsunami.

Sistem peringatan bahaya tsunami seperti yang dimiliki oleh Jepang, bukan hanya menyangkut masalah tersedianya peralatan dan jaringan yang saling terkoneksi dan terintegrasi. Akan tetapi juga menyangkut masalah koordinasi antar berbagai lembaga yang terkait. Memberikan perhatian yang tinggi terhadap pembentukan budaya masyarakat tentang kesadaran akan bencana alam. Peningkatan pengetahuan tentang bencana itu sendiri serta cara-cara penyelamatannya. Lembaga-lembaga di Jepang melakukan pengkajian ulang untuk peningkatan fungsinya setiap tahun yang biasanya dilaporkan pada setiap bulan Maret.

(dari berbagai sumber)

Tuesday, February 01, 2005

Campur Aduk

Tulisan kali ini ke sana sini dech, bias, karena gak fokus.

Sudah lama gak nulis blog cimot, karena ada yang perlu di dahuluin dulu kerjaannya (ceileee...sok sibuk....hehehe). Tapi Letha tahu kok, orang aku di sebelahnya mulu dikantor, sejak arwen protes, kok gak di update - update.....letha juga ikut-ikutan nyuruh aku update, tapi karena tugas negara lebih mendesak.........(ceilee...hari gini....).

Jadi hari ini mulai nulis dech, sambil nunggu si Abang jemput... :-)

Aku juga masih usaha "searching" mengenai leukimia, soalnya anak temanku masih 3 tahun leukimia, tentu saja aku mencari tahu.

Kemarin waktu baca Reader Digest, katanya ada penelitian, bisa disembuhkan, aku malamnya telp temanku, ngasih tahu ada perkembangan baru, terus dia hari ini mestinya konsultasi dengan dokternya. ....hmmmm........mudah-mudahan tertolong.

Oh yach, aku beberapa kali ganti template blog, karena pengen beda aja, tapi hasilnya malah jadi tambah berantakan....hehehe....... nah hari ini malah namaku yang hilang.

Besok aku perbaiki lagi dech.

Oh yach, hari normie beliin aku dan letha hoka - hoka bento, rupanya sedang "cerah" cuaca hari ini, walaupun hari ini kita kesana-sini rapat, tapi normie tetap betah diruangannya yang gak mau ada AC, dan full asap rokok!!....yiiiiiiii.

Capek..... besok dech tak tulis lagi....